Sunday, June 12, 2016

Belajar Menjadi Orang Tua dari Orang Tua


http://arsetyanita.blogspot.co.id/


Saya habis membaca blog salah seorang sahabat saya yang pandai menulis, kemudian tak terasa, air mata saya jatuh sambil seuntai senyum tersungging tanpa sadar dari bibir saya.... Sehabis membaca blog-nya,  kemudian saya menjadi teringat waktu berkualitas yang sering saya miliki bersama dengan ibu saya.... 

Saya masih sangat ingat, betapa menyenangkan menghabiskan waktu bersama ibu,,, Dan setelah saya runut, ternyata memori bahagia yang ibu saya ciptakan untuk saya, justru adalah hal-hal yang sifatnya sepele, sederhana, namun entah mengapa, bisa menembus jauh ke dalam lubuk hati terdalam saya. 

Ibu saya adalah seorang wanita yang bekerja. Sehari-harinya, saya diasuh oleh seorang ART. Apabila ART yang membantu ibu saya sedang mudik, saya seringkali dibawa oleh ibu saya ke kantornya.. Tidur di kolong meja kerja ibu, jalan-jalan ke kantin, melihat ibu absen dengan finger print, bermain air di tempat wudhu ketika ibu sedang sholat, atau bahkan melihat mesin fotokopi kantor rasanya adalah sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya waktu kecil....Hihihihi, aneh ya.... Tapi itu adalah memori indah saya di waktu kecil...

Melihat ibu pulang kerja dengan senyum sumringahnya, memberikan pelukan terhangatnya kepada saya, menanyakan kabar saya di sekolah sampai kepada moment dibacakan buku tiap malam oleh ibu juga menjadi sebuah kenangan indah untuk saya..... Seperti yang sahabat saya bilang: "bonding dan kenangan dengan anak tak melulu harus sesuatu yang sulit dan mewah"

Hal-hal sederhana yang ibu saya lakukan untuk saya, pada akhirnya menjadi pembelajaran bagi saya, yang juga saat ini menjadi ibu yang bekerja, bahwa saya pun juga dapat menciptakan bonding spesial dengan anak saya, tanpa harus bermewah-mewahan, dan dengan tantangan keterbatasan waktu dengan anak dikarenakan terbentur waktu bekerja.... Rahasianya, hanya cukup melakukan aktivitas dengan anak kita dengan tulus ikhlas.. 

Semoga Allah melapangkan hati kita untuk selalu dapat ikhlas merawat dan menjaga amanahNya, sekaligus berdoa semoga Allah melembutkan hati anak-anak kita untuk dapat menangkap kasih sayang yang diberikan orang tuanya. Amiiiin :)


"Sometimes", said Pooh. "The smallest things take up the most room in your heart". -AA Milne-


Tulisan ini didedikasikan untuk Ibu saya tercinta yang masih semangat bekerja di bangku kantornya. 3 tahun lagi ibu pensiun yaa, hehe.... Terimakasih atas kekuatanmu, ibu.... Semoga ibu sehat &bahagia selalu :)



Wednesday, January 6, 2016

Melahirkan Dini

Inaya Adzkiya Sakhi terlahir dengan amat sangat cepat. Di usia kandungan saya yang baru berusia 7 bulan (31minggu), cairan ketuban saya berkurang dan peningkatan leukosit yang terjadi pada diri saya memaksa Inaya untuk dilahirkan "sebelum waktunya".

Sabtu, 19 Desember 2015
Saya senam hamil di RSIA Bunda, Menteng
Kondisi habis senam: pegel-pegel, hehe dan malemnya merasakan perut saya kencang tapi setelah saya berbaring dan beristirahat, perut kencangnya berangsur-angsur mereda.

Minggu, 20 Desember 2015
Saya pergi berbelanja kebutuhan bayi di ITC Kuningan bersama tante saya. Kondisi: happy (karna belanja yeee, dasar emak-emak) tapi cape

Senin, 21 Desember 2015
Saya di kantor sampai kira-kira pukul 19.00 WIB. Kondisi: Tidak merasa kelelahan dan tidak ada tanda apapun dari si perut

Selasa, 22 Desember 2015
Pulang kantor jam 5 sore dan malamnya menyempatkan diri belanja bulanan sekaligus makan di pujasera. Itu makan malem ternikmat selama hamil, hehehe. Secara kemarin2 gabisa merasakan nikmatnya makan & duduk2 santai di kerumunan banyak orang. Kondisi: Sudah mulai berasa capek.

Rabu, 23 Desember 2015 (hari ulang tahun Ibu saya yang ke 53)
Pagi
Jam setengah 6, saya buru-buru persiapan rapat di Pertamina Jakarta Pusat. Setengah excited karena udah lama gak jalan-jalan "keluar" kantor karena gampang mabok. Selesai rapat jam 14.00 WIB di Jakarta, saya pun kudu balik lagi ke kantor di Tangerang. Di kantor, lanjut ngerjain kerjaan. Gak berasa wara wiri kemana-mana.

Sore
Jam 16.00 WIB, ada bercak air putih (bening & tidak berbau) di celana dalam saya. Sempet bengong liatin tanda di CD itu. Saya pun ganti CD supaya tetap kering & bersih. Pulang kerja, saya pergi ke rumah mertua sambil nungguin suami yang pulang malam karena ada rapat konsentrasi di luar kantor. Tapi kemudian habis magrib, di CD saya kembali "tanda" itu muncul lagi: basah kecil. Ntah kenapa feeling udah ga enak. Tidur rebahan udah ga enak, duduk juga ga enak.... Tapi ga mau gangguin suami yang udah kebanyakan direcokin kerjaannya selama kehamilan saya, alhasil saya tidur-tiduran aja deh sambil nungguin dia pulang dan nggak laporan ttg kejadian "CD basah" ini, biar nggak panik... Suami pulang jam 20.30 WIB dan kamipun pamit dari rumah mertua saya.

Malam
Di perjalanan pulang dari rumah mertua, saya bilang ke suami kalo feeling saya hari ini ga enak karena CD saya basah. Saya minta di bawa ke RS yang paling deket buat cek kondisi kehamilan. Akhirnya kami pun pergi ke RS Hermina Tangerang.

Sampe ke dokter Dessy, beliau bilang kalau air ketuban saya volumenya udah menipis. Kemudian, beliau cek lakmus untuk memastikan apakah cairan bening itu ketuban/bukan. Jawabannya: ITU AIR KETUBAN, yang artinya ketuban saya rembes. Beliau bilang kondisinya bahaya bagi janin, harus segera terminasi dan suntik pematangan paru karena saya masih 31minggu usia kehamilannya.

Saya & suami cuma bisa bengong. Istigfar ga putus dalem hati. Tapi tetap mencoba gak panik. Panik ga akan selesein masalah. Saya minta izin ke dokter di sana untuk mikirin & diskusiin dulu sama suami buat ambil keputusan. Saya pun keluar ruang dokter.... Suami menyuruh saya untuk telvon dokter kandungan saya yang biasa... Alhamdulillah banget saya punya dokter kandungan super baik. Malam-malam saya Whatsapp & telvon masih mau merespon. Respon beliau juga sangat tegas tapi tidak membuat orang panik.... Beliau pun segera menyuruh saya untuk ke rumah sakit di tempat saya biasa kontrol. Akhirnya suami saya pun menandatangani surat pernyataan menolak untuk dilakukan tindakan di RS Hermina Tangerang karena mau beralih ke RS yang biasa di Jakarta...

Via telepon, dokter kandungan saya menyuruh saya untuk tidak lagi berjalan: minta kursi roda buat anter ke mobil!! Kemudian beliau juga menyuruh saya untuk tidur rebahan di jok belakang sambil mengangkat kaki (kaki usahakan melawan gravitasi untuk mencegah rembesan air ketuban semakin banyak). Tantangan selanjutnya adalah: itu udah malem yaaaa dan besok itu libur panjang (tanggal merah Maulid Nabi dan Natal). Kebayang dong yaaa, Tol Dalam Kota macetnya kayak apaan.... Saya disitu liat, suami saya komat kamit berdoa supaya perjalanan Tangerang - Jatinegara lancar sambil lihat Waze (aplikasi di HP untuk lihat jalanan) *terharuuuuu banget disini sama perjuangan suami, soalnya suasananya mencekam banget sih -- maklum anak pertama, jadi belum punya banyak pengalaman, heeee* Alhamdulillah! suami akhirnya dapet jalan-jalan tikus untuk menerobos kegilaan macet di malam itu. Amazingly, Tangerang - Jatinegara hanya 2 jam saja disaat berita-berita menyiarkan kalau jalanan pada malam itu sama sekali tidak bergerak. Makasi suamikuuu, makasi Ya Allah.....

Sampe di RS, saya langsung dibawa ke Kamar Bersalin pakai kursi roda. Itu jam setengah 1 malam yaa pemirsa. Dengan kondisi saya dan suami saya sama-sama masih pakai baju seragam kantor.... Saya di observasi sama 2 suster yang baik hati. Di cek lakmus lagi, di infus, dan lain-lainnya. Saya pasrah aja deh, kanan kiri di tusuk ina itu... Hehehe.

Pagi hari, dokter kandungan saya bilang kalau air ketuban saya makin hari makin berkurang, ini berbahaya bagi janin karena perlindungan janin di rahim ibu itu adanya di air ketuban. Semakin sedikit air ketuban, makin beresiko bayi terkena infeksi akibat batas kontak dari dunia luar semakin dekat. Tapi dokter ingin tetap mengulur-ulur waktu melahirkan karena berat janin saya yang masih sangat kecil: 1,5kg dan juga sambil mempersiapkan pematangan paru untuk si janin, sepanjang kondisi saya stabil dan tidak ada kenaikan Leukosit. 

Dari hari Rabu (23 Desember 2015), saya benar-benar bedrest di RS. Saya disuntik di bokong sebanyak 4kali selama 2 hari berturut-turut untuk pematangan paru janin. Masa-masa bedrest benar-benar masanya harap-harap cemas. Di masa-masa itu juga kadang suka terbersit rasa sedih dan bersalah: merasa bahwa saya tidak becus menjaga kehamilan saya supaya ttp sehat. 

Hari Sabtu (26 Desember 2015), sekitar pukul 10.00 WIB, suster mendatangi saya & suami, menginfokan dari dokter bahwa jam 20.00WIB hari itu, saya harus segera di operasi cesar guna mengeluarkan janin di dalam kandungan saya, dikarenakan test lab darah saya pagi ini agak kurang baik: leukosit saya naik dan HB saya turun. Pecah sudah tangis saya, segala perasaan campur aduk.... Perasaan yang sangat dominan waktu itu adalah perasaan bersalah. Sakiiiit banget hati saya. Tak lama kemudian, dokter anak juga mendatangi saya, menjelaskan keadaan yang akan terjadi pada anak saya kelak: jika sudah dilahirkan, bayi harus segera masuk NICU karena masih sangat kecil dan semua organ belum bisa berfungsi optimal. Di NICU, nanti bayi harus dikasih alat bantu pernafasan, dikasih cairan pematangan paru kembali, dikasih infusan dari tali pusatnya, dikasih antibiotik untuk mencegah kemungkinan infeksi, dan dikasih selang untuk minum. Hancur hati saya mendengar penjelasan dokter.... Walau dokter juga sangat baik, jelas dan pelan-pelan menjelaskannya kepada saya dan suami..... 

Alhamdulillah proses operasi bisa dibilang berjalan sangat lancar. Saya tidak terlalu dilanda ketakutan hebat. Saya banyakin berdoa dan dzikir aja deh daripada kebanyakan cemas. Disuntik anastesi di punggung saja pun, nggak berasa sakit apa-apaan.... Tim operasi di dalam ruangan sangat baik, lucu-lucu dan memotivasi. Dokter kandungan saya pun sangat sukses membuat saya berada di mood yang sangat stabil. Pokonya, itu pengalaman operasi terindah sepanjang hidup saya (saya happy & tidak merasakan sakit apapun). Gak lama, saya dengar suara bayi perempuan yang sangat nyaring... 

"Alhamdulillah, selamat ya Bu... Sekarang sudah jadi Ibu. Anaknya sudah lahir"

Suara tim operasi itu yang sayup-sayup saya dengar... Saya tidak bisa IMD karena keadaan bayi saya yang tidak memungkinkan. Tidak apa-apa..... Yang penting bayi saya sehat-selamat-sempurna, itu lebih dari cukup buat saya :) Saya cuma ditempelin sebentar ke anak saya setelah itu dokter anak buru-buru mengambil anak saya. Saya pun antara sadar dan tidak sadar, akibat efek anastesi.....

Sabtu, 26 Desember 2015 pukul 19.45 WIB pun, Inaya Adzkiya Sakhi terlahir di dunia..... Welcome to the world, my babybear :)

Inaya : care, protection (from Allah SWT)
Adzkiya: cerdas
Sakhi: murah hati

Nak.... Di dalam nama kamu, terselip doa Ayah & Ibu, semoga Allah selalu menjaga & melindungi kamu kapanpun dan dimanapun.... Dan kamu bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas namun akan selalu rendah & murah hati... Seperti ilmu padi yang semakin berisi, semakin menunduk.....

Kamu harus kuat dan sehat... Supaya kita bertiga bisa cepet kumpul bareng di rumah sama-sama. We love you, anak kuat :)




Jakarta, 7 Januari 2015
12 hari-nya Inaya di Rumah Sakit Premier Jatinegara
Habis nulis ini, ibu siap-siap mau nemenin Naya yang lagi bobo/lagi main-main di Ruang Perina :)